PENERAPAN ARSITEKTUR VERNAKULAR PADA RANCANGAN MUSEUM SEJARAH DAN BUDAYA DI KABUPATEN TOLITOLI
DOI:
https://doi.org/10.56630/analogi.v2i1.705Kata Kunci:
Arsitektur Vernakular, Museum, Tolitoli, Pelestarian Budaya, KeberlanjutanAbstrak
Penelitian ini bertujuan merancang Museum Sejarah dan Kebudayaan Kabupaten Tolitoli dengan pendekatan arsitektur vernakular, yang mengintegrasikan elemen-elemen budaya lokal dalam desain bangunan. Melalui metode kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi literatur mengenai arsitektur tradisional Tolitoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan material lokal seperti kayu ulin dan bambu, serta desain atap model pelana dan ventilasi alami, menciptakan bangunan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap kondisi iklim setempat. Selain itu, integrasi motif ukiran tradisional pada interior museum memperkuat identitas budaya dan meningkatkan nilai edukatif bangunan. Museum dirancang sebagai ruang sosial yang multifungsi, berperan sebagai pusat interaksi budaya dan komunitas. Dengan pendekatan arsitektur vernakular, museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelestarian artefak sejarah, tetapi juga sebagai simbol identitas lokal yang dinamis dan berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi model untuk pengembangan arsitektur yang mengutamakan keberlanjutan dan pelestarian budaya di daerah-daerah lain. Secara keseluruhan, pembahasan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan arsitektur vernakular dalam perancangan bangunan publik seperti museum. Selain menghasilkan desain yang estetik dan fungsional, pendekatan ini juga mampu menciptakan ikatan budaya yang kuat, mendukung keberlanjutan lingkungan, serta memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi daerah.
Referensi
[1] A. A. Buana, “Dampak Modernisasi Terhadap Sistem Sosial Budaya Masyarakat Tani,” RESWARA; J. Ris. Ilmu Tek., 2023, doi: 10.62238/reswara;jurnalrisetilmuteknik.v1i2.54.
[2] A. Ulima Kafin dan E. Elviana, “Penerapan Aspek Rekreatif Sebagai Penunjang Fungsi Edukasi pada Museum,” Pawon J. Arsit., 2022, doi: 10.36040/pawon.v6i1.3684.
[3] N. Diyah, “Hidupkan Kembali Museum di Indonesia,” Liputan6. Diakses: 30 Maret 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://www.liputan6.com/news/read/2509183/hidupkan-kembali-museum-di-indonesia
[4] S. M. Ulfah, E. Poedjioetami, dan S. Ramadhani, “Penerapan Tema Simbolis pada Bentuk Rancangan Museum dan Pusat Dokumentasi Perfilman Nusantara di Surabaya,” Tekstur (Jurnal Arsitektur), 2021, doi: 10.31284/j.tekstur.2021.v2i1.1508.
[5] R. Ridwan, “PERKEMBANGAN BALRE ADAT MASIGI TOTOLRI (ISTANA KERAJAAN TOLITOLI) KELURAHAN NALU KECAMATAN BAOLAN KABUATEN TOLITOLI SULAWESI TENGAH TAHUN 2017-2020,” Institut Agama Islam Negeri Parepare, 2023.
[6] I. Muhammad, “Sejarah Awal Terbentuknya Kabupaten Toli-toli Sulawesi Tengah,” Kuwaluhan. Diakses: 28 Maret 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://www.kuwaluhan.com/2019/01/sejarah-awal-terbentuknya-kabupaten_95.html
[7] S. Sri, “CAMPUR KODE ETNIK ARAB DI KELURAHAN BARU KABUPATEN TOLITOLI KAJIAN SOSIOLINGUISTIK,” vol. 9, no. 2, hal. 20–27, 2023.
[8] Author, “Dokumentasi Penulis, Acara Kerajaan, Iring-iringan Pawai Adat Tolitoli Suku Asli.,” Tolitoli, 2024.
[9] Author, “Dokomentasi Penulis,” Kelurahan Nalu, Baolan, Tolitoli, 2024.
[10] M. M. Ali, A. A. Ali, dan Suparman, “EVALUASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KECAMATAN BAOLAN KABUPATEN TOLITOLI,” KATALOGIS, vol. 10, no. 1, hal. 35–42, Jul 2022, doi: https://doi.org/10.22487/katalogis23022019.2022.v10.i1.pp35-42.
[11] N. Grafikasari, M. S. Pahude, dan D. Purnomo, “PERENCANAAN WISATA PULAU LUTUNGAN DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR,” Analog. Arsitektur, Lingkung. Binaan Planol., vol. 1, no. 1, hal. 17–21, Des 2023, doi: 10.56630/algi.v1i1.358.
[12] Author, “Ina-Geoportal Indonesia,” Badan Informasi Geospasial. [Daring]. Tersedia pada: https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web/webmap
[13] B. K. Tolitoli, Kabupaten Tolitoli Dalam Angka 2024, no. 25. Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah: BPS Kabupaten Tolitoli, 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://tolitolikab.bps.go.id/id/publication/2024/02/28/e87254ec5eb989f0c5a9bd16/kabupaten-toli-toli-dalam-angka-2024.html
[14] S. Indonesia, “Microlibrary Warak Kayu / SHAU Indonesia,” Archdaily. Diakses: 4 Maret 2024. [Daring]. Tersedia pada: https://www.archdaily.com/936421/microlibrary-warak-kayu-shau-indonesia?ad_source=search&ad_medium=projects_tab
[15] A. M. Lestari dan J. Jumino, “Analisis Semiotika pada Desain Bangunan Microlibrary Warak Kayu Semarang terhadap Kenyamanan Pemustaka,” Anuva J. Kaji. Budaya, Perpustakaan, dan Inf., 2023, doi: 10.14710/anuva.7.1.80-96.
[16] S. Masri’ah dan J. Wasisto, “Makna Microlibrary Warak Kayu di Randusari Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang Bagi Penggagas dan Masyarakat,” Anuva J. Kaji. Budaya, Perpustakaan, dan Inf., 2022, doi: 10.14710/anuva.6.4.433-444.
[17] Irfan, Perancangan Arsitektur Akhir - Pusat Kebudayaan Jepang Dengan Pendekatan Neo Vernakular, (2022). [Daring]. Tersedia pada: https://www.youtube.com/watch?v=eli49qMqx5s
[18] D. K. Tange, M. Program, S. Arsitektur, F. Teknik, dan U. Riau, “Pusat Kebudayaan Jepang di Pekanbaru dengan Penerapan Prinsip Desain Kenzo Tange,” Jom FTEKNIK, 2017.
[19] D. N. Efafras dan N. L. Latifah, “Implementasi Arsitektur Neo Vernakular Sunda di Wisata Edukasi Pawon Historical Area,” J. Arsit. TERRACOTTA, 2024, doi: 10.26760/terracotta.v5i1.10990.
[20] Hilba Yoga Pratama dan Agung Budi Sardjono, “KAJIAN BUDAYA PADA ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JOGLO BUCU DI KABUPATEN PONOROGO,” Nat. Natl. Acad. J. Archit., 2023, doi: 10.24252/nature.v10i1a1.
[21] Author, “Visualisasi Olahan Bentuk Bangunan Desain Arsitektur.” Skechup, hal. 1, 2024.
[22] I. E. Prayogo, T. Rizza Nuzuluddin, dan C. Sarasati, “DESIGN OF A MOUNTAIN RESORT IN SEMARANG DISTRICT WITH NEO VERNACULAR ARCHITECTURE APPROACH PERANCANGAN RESORT PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR,” Arsit. Univ. Pandanaran J., 2022, doi: 10.54325/arsip.v2i1.19.
[23] N. Aminah, “Gedung Komersial Dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular Bugis-Soppeng Di Kabupaten Soppeng,” Stud. S1 Tek. Arsit. Fak. Sains dan Teknol. Univ. Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018.
[24] Z. A. Farandina, “PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA FASAD GEDUNG PUSAT SENI DAN BUDAYA JAWA BARAT,” Pros. Semin. Intelekt. Muda, 2019, doi: 10.25105/psia.v1i2.6621.
[25] D. Lisa, D. Djonnata, F. Rusmiati, D. Agumsari, dan P. G. S. G, “IMPLEMENTASI PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL PADA BANGUNAN DI WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN,” Nemui Nyimah, vol. 3, no. 2, Des 2023, doi: 10.23960/nm.v3i2.97.
[26] Syafwandi dan Zubaidah, “Makna Filosofi Ornamen Hias Tradisional Minangkabau Masihkah Relefan Dengan Pola Kehidupan Masyarakat Sekarang,” Ranah Seni, J. Seni dan Desain, 2018.
[27] Muhammad Fahmi Syarofi, Eko Nursanty, dan Astari Wulandari, “Perancangan Museum Sastra Indonesia di Surakarta,” SARGA J. Archit. Urban., 2021, doi: 10.56444/sarga.v15i2.149.
[28] Author, “Visualisasi Program AutoCad Dan Skechup Pada Pengolahan Data Penelitian Di Sesuaikan Dengan Analisa Penerapan Konsep Arsitektur.” Skechup, AutoCad, 2024.
[29] I Kadek Oka Sumantara, Ayu Putu Parthami Lestari, dan Ngakan Putu Ngurah Nityasa, “MUSEUM SENI KARAWITAN BALI DI GIANYAR,” J. Anala, vol. 9, no. 1, hal. 29–40, Feb 2021, doi: 10.46650/anala.9.1.1048.29-40.
[30] I. P. Daniswara, “Megineman Sebuah Komposisi Karawitan Kreasi Baru,” GHURNITA J. Seni Karawitan, 2023, doi: 10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i2.335.