Teknik Pemeliharaan Induk Kakap Putih (Lates calcarifer) Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP-UB) Kabupaten Aceh Besar
DOI:
https://doi.org/10.56630/jago.v5i3.914Kata Kunci:
Balai Ujung Batee; Budidaya, pakan; Induk ikan; Kualitas air; Lates calcarifer.Abstrak
Ikan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi dengan prospek budidaya yang luas karena kemampuan adaptasinya terhadap berbagai salinitas perairan. Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, Aceh Besar, pada Januari–Februari 2024, bertujuan untuk memahami teknik pemeliharaan induk ikan kakap putih yang baik dan benar. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara, dan studi pustaka, serta dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa tahapan pemeliharaan induk meliputi persiapan wadah, seleksi induk, pemberian pakan, dan pengelolaan kualitas air. Wadah dibersihkan dengan larutan kaporit dan natrium tiosulfat, serta diisi ulang dengan air laut. Seleksi induk dilakukan berdasarkan bobot tubuh dan kematangan gonad, dengan kisaran bobot ideal induk jantan 2,5–3,5 kg dan betina 6–9 kg. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar dengan tambahan vitamin C dan E untuk mendukung kualitas induk. Parameter kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, dan oksigen terlarut berada dalam kisaran optimal sesuai SNI 6145.4:2014. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pengelolaan induk yang tepat dapat meningkatkan kualitas induk dan keberhasilan pemijahan ikan kakap putih.
Referensi
Jaya, B., Agustriani, F., Isnaini, I. (2013). Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih kakap putih (Lates calcarifer) dengan pemberian pakan yang berbeda. Maspari Jurnal, 5(1): 56-63
Nurmasyitah, N., Defira, C. N., dan Hasanuddin, H. (2018). Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan Kakap Putih (Lates calcarifer). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah, 3(1).
Pamungkas, W. (2013). Aplikasi vitamin E dalam pakan: kebutuhan dan peranan untuk meningkatkan reproduksi, sistem imun, dan kualitas daging pada ikan. Media Akuakultur, 8(2), 145-150.
Rayes, R. D., I. W. Sutresna., N. Diniarti dan A. I. Supii. 2013. Pengaruh Perubahan Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch). Jurnal Kelautan. 6(1): 47-56.
Ridho, M. R., dan Patriono, E. (2016). Aspek reproduksi ikan kakap putih (Lates calcarifer Block) di perairan terusan dalam kawasan Taman Nasional Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains, 18(1), 1-7.
Said, N. I. (2005). Aplikasi Biofilter untuk Pengelolaan Air Limbah Industri Kecil. Cetakan 1. BPPT, Jakarta. hal 182.
Samraj, T.C. (2015). Improved hatcery and nursery technology of Asian seabass, Lates calcarifer (Bloch, 1790). Thesis. Annamalai University. 134 hlm.
Standar Nasional Indonesia, (2014). Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 3: Produksi Induk . Badan Standardisasi Nasional.
Sudrajat A. (2015). Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Yanuar, V. (2017). Pengaruh pemberian jenis pakan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan benih ikan nila (Oreochiomis niloticus) dan kualitas air di akuarium pemeliharaan. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 42(2), 91-99.